Viral! Anak SD Singapura Tak Bisa Hitung Uang Tunai

JAKARTA – Anak-anak SD Singapura kaget saat mengetahui mereka tidak bisa menghitung uang. Diluncurkan menggunakan teknologi fleksibel yang menggunakan metode pembayaran non-tunai yang ada di mana-mana.

Seorang penjual kantin di sebuah sekolah di Singapura mengatakan dalam laporan yang dimuat di ricemedia pada Minggu, 26/24/2024, pelanggan restoran mengantongi sekolah dasar tersebut ketika anak-anak meminta untuk membayar makanan yang dibelinya. jumlah uang. kemudian pegawai restoran akan memasukkan uang tersebut ke dalam tas.

“Bukan hal yang aneh bagi siswa sekolah dasar untuk memberikan semua yang mereka miliki di dompet mereka, dan kami pikir kami akan membelanjakan uangnya sendiri,” kata Mui, pegawai kantin di West School.

Wei, seorang penjual makanan di sebuah sekolah di wilayah timur laut, juga melaporkan masalah yang sama. Murid-muridnya biasanya membayar dengan uang kertas, bukan uang tunai. Anak-anak melakukan ini karena mereka tidak dapat menghitung uang.

“Satu rekening bank cukup untuk membayar makanan mereka, dan mereka yakin bahwa anak-anak mereka akan memberi mereka jumlah yang tepat. Siswa tidak mempunyai masalah dalam menentukan berapa banyak uang yang mereka miliki, dan di situlah letak masalahnya,” kata Wei.

Penerapan sistem cashless di berbagai tempat menjadi salah satu penyebab anak-anak tidak bisa menghitung uangnya. Anak-anak terbiasa melihat orang tuanya membayar melalui telepon atau kartu.

Selain itu, banyak sekolah di Singapura yang mulai menerapkan sistem cashless di kafetaria untuk mengikuti perkembangan zaman dan teknologi komputer.

Hal ini sejalan dengan target Singapura untuk meluncurkan sistem Smart Buddy di semua sekolah pada tahun 2025, sehingga pembayaran non-tunai di negara tersebut akan terus berkembang.

Mui mengatakan, di sekolah tempatnya bekerja, sebagian besar siswa membayar makanannya menggunakan sistem Smart Buddy, yaitu dompet elektronik yang dilengkapi jam tangan pintar untuk siswa. Siswa bisa mendapatkan makanan tanpa menghitung uang dengan satu klik.

Tentu saja, jam tangan pintar mereka menunjukkan keseimbangan, tetapi hal itu meniadakan solusi non-tunai. Dengan demikian, keinginan seseorang untuk menjual akan meningkat, karena tidak ada uang fisik yang terlibat dalam transaksi tersebut.

Oleh karena itu, fenomena ini sungguh mengkhawatirkan di kalangan anak-anak yang belum memahami nilai uang. Anak-anak memandang uang hanya sekedar angka tanpa khawatir saldo rekeningnya turun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *