Viral Gibran Menangis Minta Makan di Bojonggede Bogor, Begini Faktanya

BOGOR – Video anak bernama Gibran (6) menangis karena makanan viral di media sosial. Bocah asal Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini mengaku kelaparan dan keluarganya hidup dalam kemiskinan.

Video tersebut diunggah akun Instagram @kecamatanbojonggede. Di awal video, Gibran terlihat duduk sambil menangis di depan rumahnya.

Lapar, aku lapar, kata Gibran sambil menangis, seperti dikutip Selasa (7/5/2024).

Bukannya mendapatkan makanan, malah terdengar suara melengking seorang perempuan yang diduga ibunda Gibran yang meneriakinya dari dalam rumah.

 BACA JUGA:

“Makan sendiri, aku tidak punya uang untuk makan sendiri”, teriak wanita itu.

Gibran terlihat menangis terus menerus saat mencari makan. Hingga akhirnya, seorang wanita keluar dari dalam rumah dan langsung menuangkan air dalam botol mineral ke Gibran.

Secara terpisah, Camat Bojonggede Tenny Ramdhani mengatakan pihaknya telah melakukan penyelidikan terhadap video tersebut. Informasi video tersebut ia terima per Jumat, 3 Mei 2024.

“Jadi informasi yang saya terima pada hari Jumat sekitar pukul 16.00 WIB, ada yang menyebut akun Instagram kecamatan mempertanyakan keaslian video tersebut karena pengirimnya mengatakan lokasinya di Bojonggede namun tidak memberikan alamat detailnya,” dia menegaskan dia. . Tenny.

 BACA JUGA:

Setelah ditelusuri, akhirnya terungkap bahwa anak dalam video tersebut berasal dari Desa Rawapajang, Kecamatan Bojonggede. Dari sana, pejabat barangay dan camat segera mendatangi lokasi tersebut.

“Akhirnya dikonfirmasi oleh lurah, kemudian lurah melakukan verifikasi dengan alasan RW berkunjung pada 5 Mei bersama tim camat dan Sekcam,” jelasnya.

Ternyata Gibrani adalah anak dari Hamzah, seorang kuli bangunan. Gibran memiliki dua adik laki-laki berusia 4 tahun dan 1,5 tahun yang sering dititipkan kepada tetangga dan RT RW setempat karena ibunya jarang pulang.

Jadi saat kami berangkat, Pak Hamzah baru pulang dari luar kota. Pada dasarnya, sejauh keberadaan mereka, para tetangga dan RT RW sangat prihatin dengan kondisi mereka karena mereka tahu Pak Hamzah adalah seorang buruh lepas luar kota yang anaknya tertinggal “Tidak selalu ibu anak, selalu tertinggal, begitu kata tetangga RT RW.

Kemudian, dari hasil evaluasi, diketahui bahwa keluarga Gibran kurang baik. Karena penghasilan ayah tidak tetap.

“Padahal kalau dilihat dari keluarga saat ini, termasuk keluarga miskin dengan penghasilan tidak tetap. Karena Tuan. Hamzah (kepala keluarga) adalah kuli bangunan yang bekerja di kawasan BSD, kepulangannya bersifat sementara, tergantung izin kepala keluarga, kita tidak tahu berapa penghasilan pekerja itu,” ujarnya.

Kemudian, setelah ditanyakan kepada pemerintah desa dan pihak lain, ternyata nama KK tidak terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (IDS). Sebab, Hamzah masih menjadi orang tua KK sedangkan ketiga anaknya tidak terdaftar di KK.

“Untuk ini kami mohon maaf dan kami tidak pernah melaporkan ke RT RW,” ujarnya.

Kedepannya, pihaknya meminta pihak desa menjaga keluarga Hamzai. Juga berkoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Bogor untuk memberikan asesmen dan pendampingan serta akses terhadap penerima bantuan.

“Mengenai klaim yang kami evaluasi, secara harfiah anak tersebut mengalami perlakuan buruk. Kami sudah sampai di layanan DP3AP2KB untuk belajar bagaimana berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *