Waspada Urbanisasi Usai Mudik Lebaran 2024, dari Desa ke Kota

JAKARTA – Mudik sudah menjadi tradisi tahunan yang identik dengan perayaan Idul Fitri. Tak bisa dimungkiri, selain momen-momen yang dinanti setiap tahunnya, musim mudik juga punya tantangan tersendiri. Salah satunya adalah penghentian lalu lintas dalam perjalanan pulang.

Kemacetan saat mudik lebaran merupakan permasalahan tahunan yang menimpa Indonesia. Menurut data Kementerian Perhubungan, beban lalu lintas perjalanan mudik kemungkinan akan semakin meningkat pada tahun 2024, dan jumlah orang yang melakukan perjalanan mudik diperkirakan mencapai 28,4 juta orang. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang mencapai sekitar 18,3 juta orang.

I Gusti Ayu Andani, pakar tata kota dari Kelompok Spesialis Sistem Infrastruktur Wilayah dan Perkotaan, Fakultas Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung (SAPPK ITB), mengatakan fenomena mudik sangat erat kaitannya dengan urbanisasi. proses Dia mengatakan bahwa dia melakukannya.

Dimana warga berpindah dari pedesaan ke kota. Hal ini juga dipengaruhi oleh terkonsentrasinya pembangunan di kota-kota besar, dimana penduduk dari berbagai daerah berbondong-bondong mencari pekerjaan dan peluang ekonomi yang lebih baik.

Hal ini pada akhirnya menciptakan konsentrasi penduduk di perkotaan. Urbanisasi yang cepat dan tidak terkendali dapat memberikan tekanan yang signifikan terhadap infrastruktur perkotaan, termasuk sistem transportasi.

Ia mengatakan dalam pernyataan ITB, Kamis (4 November 2024): “Operator transportasi harus mengatasi pergerakan orang dalam jumlah yang jauh lebih besar dalam waktu yang lebih singkat, sehingga mudik massal akan menambah tekanan tersebut.”

Permasalahan perbedaan ekonomi antar wilayah dapat menyebabkan migrasi massal ke kota-kota besar, lambatnya pembangunan ekonomi di beberapa wilayah, dan pembangunan infrastruktur yang tidak merata.

Perbedaan ini semakin terlihat pada musim mudik karena masyarakat lebih banyak bepergian ke daerah yang fasilitas dan pelayanannya terbatas.

Jalur transportasi utama yang menghubungkan kota-kota besar dan daerah pedesaan sering kali mengalami kemacetan selama periode mudik karena infrastruktur tidak tersedia untuk menangani peningkatan lalu lintas yang tiba-tiba.

Tingginya tingkat urbanisasi dapat memperdalam kesenjangan sosial dan ekonomi baik dalam kota maupun antar kota dan desa.

Mereka menyimpulkan bahwa “para migran sadar akan perbedaan yang mereka alami di negara asal dan di kota, sehingga kembali ke negara asal mereka dapat memperkuat kesadaran akan kesenjangan ini”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *