Gregoria Mariska dan Fajar/Rian Diminta Tampil Habis-habisan di Fase Gugur Olimpiade 2024

Ketua Binpres PBSI Ricky Soebagja menyampaikan pesan khusus kepada Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Gregoria Mariska Tunjung yang merupakan dua terakhir wakil Indonesia bulutangkis di Olimpiade Paris 2024.

Fajar/Rian dan Gregoria menjadi harapan terakhir Indonesia di Olimpiade Paris 2024 untuk melanjutkan tradisi bulutangkis yang rutin menyumbangkan medali kepada tim Merah Putih setelah empat wakil lainnya gugur di babak penyisihan grup. Fajri – sapaan Rian – akan melanjutkan perjuangannya di babak 8 besar melawan unggulan pertama Liang Weng Keng/Wang Chang asal negara China.

 

Sedangkan perjalanan Gregoria hingga abad ke-16 Round kemudian bertemu dengan perwakilan Korea Selatan, Kim Ga Eun. Kedua laga tersebut akan dihelat hari ini, Kamis (1/8/2024).

Ricky pun berpesan kepada Fajar/Rian dan Gregoria untuk memperlakukan setiap pertandingan yang mereka hadapi di babak semifinal seperti final. Selain itu, ia juga ingin menunjukkan kepada ketiga anaknya sikap buruk yang pantang menyerah hingga titik darah penghabisan.

 Baca juga:

Perjalanan belum selesai, hari ini Fajar/Rian dan Gregoria akan bertarung di babak sistem gugur. Pesan saya, anggap ini sebagai laga terakhir, kata Ricky dikutip PBSI, Kamis (1/8/2024).

Bermainlah dengan tenang dan nikmati setiap poin demi poin. Berjuang sekuat tenaga dan jangan menyerah sebelum wasit menyatakan selesai,” imbuhnya.

 Baca juga:

Selain dua wakil tersebut, ada enam wakil Indonesia lainnya di blok bulutangkis di babak penyisihan grup. Ganda tersebut adalah Anthony Sinisuka Ginting (Putra), Jonatan Christie (Putra), Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti (Ganda Putri) dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari (Ganda Campuran).

Pak Ricky juga menganalisis bahwa suasana di Olimpiade berbeda dengan kompetisi lainnya. Menurut peraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996 itu, ketangguhan mental menjadi faktor penentu utama dalam meraih kemenangan di ajang olahraga terbesar dunia tersebut.

“Ini Olimpiade dengan atmosfer yang utuh, berbeda dengan kompetisi lainnya. Setiap atlet pasti merasakan beban dan tekanan yang sangat besar,” kata Ricky.

“Siapapun yang siap mental dan bisa mengatasi rasa takut, gugup dan takut dalam proses kemenangan. Ia menambahkan: “Bicara skill dan teknik, semuanya sama.”

“Atlet nomor 1 dunia itu bahkan meraih kemenangan dengan kegembiraan tersendiri saat meraih kemenangan, meski hanya pertandingan di babak pertama. Ini bukan hanya kemenangan atas lawan, tapi kemenangan dalam pikirannya sendiri” Itu apa yang benar-benar membuat perbedaan,” katanya.

“Siapa yang bisa memutuskan? “Iya atletnya sendiri,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *