Ratusan SD Negeri Masih Kekurangan Murid pada PPDB 2024

MULLING – Ratusan Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Muling kesulitan merekrut siswa baru dengan penerimaan siswa baru (PPDB). Meski tahap PPDB online ditutup, hingga PPDB offline berlanjut, batas penerimaan peserta didik belum juga ditemukan.

Dudak Teg Prabedi, Kepala Dinas Pembangunan (Cabad) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang (DDCBD) mengakui hal tersebut. Dudak menjelaskan, atap SD di Malang masih dalam tahap pembangunan dan ada pula yang masih kesulitan mencari siswa baru.

“Sebenarnya kekosongan tersebut masih belum terisi dan kami sudah mengirimkan informasi ketidakhadiran siswa di SD ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Penggilingan,” ujarnya.

Berdasarkan data yang diperoleh pihak, masih terdapat 101 SDN dari 195 SDN di Kota Malang yang belum terpenuhi batasannya. Dari seluruh sekolah, SDN Jatimulyo 4 menerima siswa baru yakni hanya satu siswa.

Bahkan, kata Dodak, jumlah kursi yang tersisa di setiap sekolah juga bisa berbeda-beda, mulai dari 1 kursi saja hingga 40 kursi yang tidak terisi. Data tersebut hanya akan diupdate pada tahun ajaran baru.

“Untuk saat ini, kita hanya perlu menunggu dan melihat kapan tahun ajaran baru dimulai pada tanggal 15 Juli, dan kita lihat apakah plafonnya mulai turun atau semacamnya.”

Dalam beberapa hari ke depan, pemerintah berharap dapat mengurangi jumlah atap sekolah dasar yang belum selesai. Sebab jika PPDB dibuka secara online, maka bisa saja mendaftarkan anak di luar Malang.

“Dalam juknisnya disebutkan jika batas PPDB online habis maka sekolah harus membuka PPDB offline sampai batas tersebut tercapai,” ujarnya.

Padahal, untuk masuk SD, warga Malang harus memiliki KK (Kartu Prakerja). Oleh karena itu, masyarakat yang ingin mendaftar di luar kota harus menunggu PPDB bekerja secara offline. “Saat offline, banyak orang dari luar kota yang mendaftar,” ujarnya.

Dodak mengatakan, banyak atap di SDN karena banyak anak yang tidak mendapat jatah sekolah. Selain itu, kedekatan SDN satu sama lain di suatu wilayah juga terdampak.

“Alasan KB (Perencanaan Ketenagakerjaan) sukses karena masyarakatnya tidak punya banyak anak. Lalu di dekatnya banyak sekolah. Jadi mereka mencari sekolah yang menurut mereka bagus,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *